Kamis, 01 Januari 2009

Jangan Ajarkan Anak Kebencian

Tinggal didaerah padat penduduk di daerah pinggir Jakarta, dengan berbagai latar budaya ,adat istiadat, suku dan tingkat golongan yang berbeda membaur menjadi satu, kadang perlu banyak bersabar.

Sadar maupun tidak sadar karakteristik tersebut dapat mempengaruhi perkembangan pola pikir serta perilaku anak-anak kita. Kadang kita dibuat tercengang oleh ucapan anak kita yang masih berumur lima tahun sudah pandai berbicara “kotor”. Kadang kita jengkel hingga sampai memukul, tapi semakin kita keras semakin ia memberontak dan melawan. Kadang diantara keluarga saling menyalahkan, salah didik, salah asuh, orang tua gak benar, dan masih banyak lagi……..

Masih ada lagi cerita, ketika pulang anak selalu menangis yang dijaililah, tidak diajak main oleh rekannya, dimusuhi, dan masih banyak lagi…………………………..

Sebagai orang tua kita memproteksi anak dengan ......................
jangan main dengan di Anu..........diakan anu........bapaknya anu.............anaknya anu..........dan masih banyak lagi tentang anu dan anu.

Sadar maupun tidak sadar kita sebagai orang tua, atau yang mengasuh anak telah memberikan masukan masukan tentang batasan- batasan yang kadang kala memberikan suatu penanaman katakter kebencian terhadap si anu-anu itu.

Apakah dahulu kita ketika kecil mengalami hal seperti itu, apakah kita berbuat seperti itu, apakah kita diajarkan seperti itu, apakah...... apakah......apakah..........
wajar dan sepatutnya orangtua sayang anaknya, wajar dan sepatutnya yang terbaik untuk anak, dan masih banyak lagi wajar-wajar dan sepatutnya.............................

Tetapi kenapa kita tidak membiarkan anak berkembang dan beriteraksi dengan lingkungannya sendiri, ingatkah kita ketika kecil kita pun sering berperilaku yang sama seperti anak-anak dan lambat laun dengan bertambahnya usia kita, kita tinggalkan hal- hal tersebut, dengan pembelajaran yang kita dapat ketika kita sekolah, bermasarakat dan bersosialisasi lambat laun kita dapat mengontrol ucapan, tingkah laku dan pola pikir kita.

jadi biarkan anak berpikir dengan pikirannya
jadi biarkan anak bersosialisasi dengan lingkungannya
jadi biarkan anak berkembang sesuai usianya
jadi biarkan anak dengan dunia anak-anak

Dahulu saya anak-anak, sekarang saya memiliki anak, saya sedang mendidik anak saya.